23 November 2009

3 X 8 = 23 ???

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya
baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat
satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati
pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?"
Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak
usah diperdebatkan lagi"

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata:
"Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke
Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan."

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong
untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu."

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.
Setelah Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui
sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu
kepada dia."

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika
mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan
kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu
dengan puas.
Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak
sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia
tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan
urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti
padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya
cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua
nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan
jangan membunuh." Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang
disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui
ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius
dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia
meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan
pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama
sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya
sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia
menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan
ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang
dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus
pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi
nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan
ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru
tahu apa yang akan terjadi?" Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru
mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar
jangan membunuh". Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum." Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti
bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku.
Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah
benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa
yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang
lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun.
Murid benar2 malu." Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui
selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan
seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata
lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada
kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip
kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah,
malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Saat penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan istri. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Istri tidak mau menghirau kamu, semua harus "do it yourself")
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman)

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2806928

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar tidak mengandung hal-hal yang bertentangan dengan adat ketimuran..

Tulisan yang paling banyak dikunjungi