11 November 2009

SELAMATAN AGUNG : TUNGGU SATRIYO PININGIT

Ibarat dalam jagad pewayangan, Nusantara kini tengah menapaki babak goro-goro. Mampukan solusi spiritual akhiri goro-goro?

Terjadinya goro-goro di Nusantara bukan tanpa sebab. Banyak faktor sebagai pemicunya. Di antaranya permasalahan mendasar yang menjadikan bangsa dan negara carut marut seperti sekarang, ditengarai spiritualis Drs. RM Putra Wisnu Agung Diponegoro, M.Si, adalah akibat ketahanan spiritual yang tidak terjaga. “Disadari atau tidak, soal ketahanan spiritual ini sering terlupakan dalam rangka mengentaskan berbagai permasalahan bangsa dan negara, “ ujarnya kepada POSMO.

Perihal pernik spiritual, tambah Wisnu, memang tidak bisa dilepaskan dengan bangsa Indonesia sebagai penganut sistem paternalistic. Diakui atau tidak, karena menganut sistem itu dan sejarah telah membuktikan bahwa patron atau penguasa negeri ini tak hanya dilihat oleh rakyat sebagai ahli politik atau sosok lahiriah saja. Namun sekaligus juga dilihat dari sudut pandang spiritual.

Terkait dengan hal itu, setidaknya bisa dilihat dari contoh konkrit di mana raja-raja atau pemimpin masa lalu kekuatannya bisa mengakar di hati rakyatnya. Perintahnya bak sabda pandhita ratu. Artinya, ada penggabungan raja atau pemimpin sebagai penguaa makrokosmos (dunia) dan mikrokosmos (spiritual). “Akibat gabungan kedua kekuatan itu menjadikan pemimpin bisa langgeng berkuasa,” terang Wisnu.

Dijelaskannya, seorang pemimpin di masa lalu tidak hanya mendapatkan legitimasi secara politik saja. Namun juga disertai dengan legitimasi spiritual dari rakyatnya. Sebagai contoh adalah kepemimpinan Bung Karno. Selain dikenal sebagai ahli politik dan tata negara, ia juga diklaim sebagai ahli spiritual. Namun yang terjadi sekarang, sosok pemimpin yang muncul baru sebatas mendapatkan legitimasi politik, sementara legitimasi spiritual belum terpegang.

Legitimasi spiritual, menurut Wisnu, tak bisa dibuat oleh person atau yang bersangkutan. Namun kekuatan itu akan dibisikkan secara langsung oleh leluhur-leluhur ke telinga rakyat. Kapan legitimasi spiritual menaungi sosok pemimpin negeri ini? Inilah yang sampai sekarang masih menjadi misteri.

Sembari menunggu adanya legitimasi spiritual dan dalam upaya menciptakan kondisi bangsa dna negara yang aman, tenteram, damai dan makmur dan bingkai konsep spiritual Jawa, bisa jadi nantinya akan dibarengi dengan kemunculan sosok satria piningit. Sosok ini, menurut Wisnu, antara lain punya ciri-ciri low profile, tidak ngegge mangsa, tidak ambisius, dan tidak suka pamer kekuatan. “Sosok satria piningit akan muncul bila negara dalam situasi chaos dan rakyat secara serentak melakukan doa-doa agar diturunkan sosok penyelamat,” paparnya.

Selain menunggu kemunculan sosok satria piningit yang akan dibarengi dengan legitimasi spiritual dari rakyat kepada patron bangsa, dalam mengadapi goro-goro Nusantara hendaknya diperlukan solusi spiritual yang mujarab. Di antaranya, menurut Wisnu, adalah dengan menggelar selamatan agung nasional yang harus digelar di setiap propinsi di negeri ini.

Secara khusus, juga harus dilakukan selamatan agung di tempat-tempat khusus yang menjadi punjer mistik di Nusantara. Di antaranya Gunung Krakatau, Gunung Tidar, Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Bromo. “Tempat-tempat itu merupakan pusat kekuatan gaib yang menjadi cikal bakal kemakmuran tanah Jawa dan Nusantara,” jelasnya.

Dalam menggelar selamatan agung itu, juga dipersyaratkan sesaji-sesaji khusus. Diantaranya tidak boleh dilupakan adalah selendang warna hijau, bendera gula-klapa (merah putih), dan ubarampe sesaji lain sesuai adat istiadat daerah setempat. “Karena kita telah lama melupakan sejarah laluhur gaib, dengan selamatan agung diharapkan berbagai permasalahan bangsa dan negara segera bisa ditepiskan,” pungkas Wisnu.

Sumber : http://spiritualisme.wordpress.com/artikel-panas/selamatan-agung-tunggu-satria-piningit/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar tidak mengandung hal-hal yang bertentangan dengan adat ketimuran..

Tulisan yang paling banyak dikunjungi